Return to site

Studi Kelayakan Proyek Pertambangan

Feasibility Study for Mining Project

· Studi Kelayakan,Feasibility Study,Mining Project,Bankable,AusIMM's Monograph
Stages of an exploration project. (Modified from Eimon 1988.)

Studi kelayakan diperlukan sepanjang tahap pra-produksi dari setiap proyek penambangan sebagai dasar didalam melanjutkan investasi pada fase berikutnya. Biasanya, studi konsep (Concceptual Study) atau studi pelingkupan (Scoping Study) diikuti oleh satu atau lebih studi pra-kelayakan yang mencerminkan meningkatnya tingkat pengetahuan teknis dan ekonomi yang diperoleh pada berbagai tahap sebelumnya. Hal Ini akan bermuara dalam studi kelayakan akhir (Final Feasibility Study) yang akan menjelaskan secara detil kelayakan ekonomi proyek dengan tingkat kepastian yang cukup guna memungkinkan pengambilan keputusan di dalam rangka mengembangkan tambang.

Tidak ada kesepakatan internasional tentang terminologi untuk setiap tahapan studi kelayakan dan tidak ada standar yang disepakati untuk kualitas atau akurasi.

Buku Pegangan Estimasi Biaya AusIMM No. 27 (edisi kedua 2012) dari AusIMM memberikan serangkaian standar yang dapat dijadikan acuan di dalam merencanakan pekerjaan pertambangan.​

Secara teknis, tingkat (Level of Engineering) yang telah dicapai dalam studi kelayakan biasanya tidak jauh dari yang butuhkan pada tahap konstruksi, sehingga pada periode selanjutnya, desain teknik rinci akan mengikuti setelah proyek disetujui. Hal ini biasanya berlanjut selama konstruksi dan hanya mulai berkurang ketika produksi mendekati akhir. Evaluasi awal terhadap semua properti biasanya dilakukan jauh sebelum studi pelingkupan (Scoping study) dan dijadikan dasar di dalam pengambilan keputusan untuk memulai eksplorasi. Ini mencakup di dalam hal mempertimbangkan kemungkinan biaya-biaya (costs) dan pendapatan (revenues) terhadap target konseptual, atau kadang-kadang mempertimbankan secara ekonomis guna mencari dan mengembangkan komoditi tambang yang serupa dengan yang telah ditambang di masa lalu.

Prosedur ini akan mengatur dan menetapkan target minimum terhadap kadar (grade) dan tonase yang dari padanya aktivitas kemajuan eksplorasi dapat diukur. Jika pada pengeboran awal (Initial drill) memberikan beberapa indikasi potensi tonase dan kadar, maka studi pelingkupan (Scoping study) dilakukan untuk dijadikan dasar eksplorasi lebih lanjut. Dalam hal ini, eksplorasi juga termasuk dalam penilaian metalurgi awal, investigasi geoteknis dan perkerjaan terkait lainnya segera dilanjutkan hingga mendapatkan pengumpulan data yang cukup sebagai dasar dilakukannya studi pra-kelayakan (Pre-feasibility study).

Studi pra-kelayakan (pre-feasibility study) biasanya mempertimbangkan berbagai alternatif penambangan dan pemrosesan dan dari berbagai tingkat produksi, dengan berbagai opsi, kemudian dipersempit menjadi satu atau dua di setiap area. Pada tahap ini, dimungkinkan untuk merinci pekerjaan tambahan termasuk pengeboran definitif lebih lanjut, pengeboran sterilisasi, uji metalurgi, pekerjaan rintisan terhadap pengelolaan alat berat (Pilot Plant Work), dan investigasi lokasi-lokasi lainnya yang akan dibutuhkan untuk mendukung studi kelayakan. Hasil studi pra-kelayakan digunakan untuk mengetahui dengan pasti terhadap pengeluaran-pengeluaran biaya untuk mengumpulkan informasi tambahan ini dan terhadap pembiayaan yang cukup besar yang dibutuhkan untuk melakukan studi kelayakan akhir terhadap proyek yang substansial

Studi kelayakan akhir (Final Feasibility Study) memberikan dasar pengambilan keputusan di dalam komitmen terhadap kelanjutan pengembangan proyek, desain terperinci, dan konstruksi.

Meskipun kemudian menjadi lebih mudah untuk merujuk pada studi pelingkupan (Scoping Study), studi pra-kelayakan (pre-feasibility study), dan studi kelayakan akhir (final feasibility study), pada kenyataannya, proses studi akan terus berulang dan beberapa studi pra-kelayakan (pre-feasibility study) yang semakin rinci sering dilakukan sebelum melakukan studi kelayakan akhir.​

Studi Pelingkupan (Scoping Study)

Studi Tingkat Besaran (Order of Magnitute Study), dikenal sebagai Studi Pelingkupan (Scoping Study) adalah suatu studi urutan teknis dan ekonomi mengenai kelayakan potensial Sumber Daya Mineral. Ini mencakup penilaian yang tepat terhadap Faktor-faktor Modifikasi yang diasumsikan secara realistis bersama-sama dengan faktor operasional lain yang relevan yang perlu ditunjukkan pada saat pelaporan bahwa kemajuan Studi Pra-Kelayakan (pre-feasibility study) dapat dibenarkan secara wajar. Tergantung pada ukuran proyek, studi ini dapat dilakukan oleh satu individu. Ini akan melibatkan rencana penambangan awal dan merupakan dasar untuk menentukan apakah akan melanjutkan dengan program eksplorasi dan pekerjaan teknik yang lebih rinci. Intinya studi ini dikembangkan dengan memperhatikan rencana dan memperhitungkan biaya yang diketahui dari proyek-proyek yang sudah dilakukan di tempat lain dengan akurasi hingga 40-50%.

Risiko utama yang cukup serius adalah bahwa proyek penambangan yang bagus terkadang ditinggalkan atau sebaliknya karena penilaian awal (Scoping studi) yang tidak memadai. Oleh karenanya, penting bahwa dibutuhkan ahli berpengalaman yang terlibat dalam studi pelingkupan (Scoping study), sehingga dengan didasarkan pada informasi yang sangat terbatas atau asumsi spekulatif tanpa adanya data penelitian yang cukup. Studi ini diarahkan pada potensi properti daripada pandangan konservatif berdasarkan informasi yang terbatas, dengan estimasi akurasi antara 30 - 35%.

STUDI PRA-KELAYAKAN (Pre-feasibility Study)

Secara umum, terdapat tiga alasan untuk melakukan studi pra-kelayakan, yakni:

  • Sebagai dasar untuk tetap berkomitmen terhadap program eksplorasi utama setelah menjalankan program pendahuluan yang sukses. Dalam hal ini, dimungkinkan untuk berkomitmen puluhan juta dolar atau lebih guna mendukung kelanjutan eksplorasi dan pengembangan yang berkelanjutan berdasarkan studi pra-kelayakan (pre-feasibility study), sebelum keputusan untuk melakukan penambangan. Misalnya, apabila cadangan bijih tidak dapat dibuktikan dengan pengeboran permukaan, maka pengembangan bawah permukaan (underground) mungkin diperlukan untuk eksplorasi pada tahap awal proyek.
  • Untuk mendapatkan perhatian dari pembeli terhadap proyek maupun komditi atau untuk menarik mitra usaha patungan atau sebagai dasar untuk penjaminan (underwriting) utama guna meningkatkan modal risiko yang dibutuhkan. Studi pra-kelayakan (pre-feasibility study) juga dapat disiapkan secara keseluruhan atau sebagian oleh pembeli potensial sebagai bagian dari proses uji tuntas (due diligence process).
  • Untuk memberikan justifikasi terhadap kelanjutan penyusunan studi kelayakan akhir (Final Feasibbility Study).

Hasil dari studi pra-kelayakan (pre-feasibility study) dapat menjadi informasi proyek realistis pertama yang dilihat oleh para pengambil keputusan perusahaan. Ada risiko bahwa temuan-temuan tersebut berkomitmen dalam ingatan dan diumumkan secara publik sehingga menjadi sulit untuk tidak berkomitmen, terlebih dengan didukung tambahan informasi selanjutnya. Dalam kasus seperti itu, studi pra-kelayakan (pre-feasibility study) adalah titik keputusan yang realistis, dan manajemen dapat melihat dan mengevaluasinya sebagai langkah yang diperlukan di sepanjang kegiatan yang telah dilakukan dan tetap berkomitmen untuk melakukan studi kelayakan berikutnya.

Berdasrkan pemahaman diatas, studi pra-kelayakan (pre-feasibility study) sudah selayaknya wajib dipersiapkan dengan sangat hati-hati oleh orang-orang yang berpengalaman, dan kesimpulan studi harus memenuhi syarat di mana pun diperlukan. Asumsi harus realistis daripada sekedar optimis, karena sangat sulit untuk meyakinkan manajemen dan pasar untuk kembali kepada kenyataan jika studi kelayakan akhir secara signifikan kurang menguntungkan. Fitur utama dari studi pra-kelayakan adalah:

  • Desain tambang berdasarkan model sumber daya.
  • Alternatif terbaik yang dipilih dari berbagai alternatif.
  • Studi pendahuluan telah diselesaikan sesuai dengan persyaratan geoteknis, lingkungan, dan infrastruktur.
  • Tes metalurgi bench-scale dan telah menyesaikan proses desain pendahuluan.
  • Perkiraan biaya berdasarkan faktor atau harga komparatif.
  • Estimasi Cadangan Bijih secara umum.
  • Ketelitian studi 20% hingga 25%.
  • Siap untuk melanjutkan ke studi kelayakan akhir (Final Feasibility Study).

STUDI KELAYAKAN AKHIR (Final Feasibility Study)

Studi kelayakan akhir (Final Feasibility Study) umumnya didasarkan pada alternatif yang paling menarik terhadap proyek seperti yang ditentukan sebelumnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghilangkan semua ketidakpastian yang signifikan dan untuk menyajikan informasi yang relevan dengan materi cadangan secara ringkas dan mudah diakses. Studi kelayakan akhir memiliki tiga tujuan:

  • Untuk menyajikan dasar terhadap desain dan konstruksi secara terperinci.
  • Untuk membuktikan dengan keyakinan yang wajar bahwa proyek dapat dibangun dan dioperasikan dengan cara yang layak secara teknis dan ekonomis.
  • Untuk memungkinkan pengumpulan dana proyek dari bank atau sumber lain.

Istilah Bankable seringkali digunakan sehubungan dengan studi kelayakan akhir (FInal Feasibility Studies). Hal ini berarti bahwa penelitian ini telah mencapai kualitas dan standar yang dapat diterima untuk diserahkan kepada para bankir. Apakah bank tertentu benar-benar akan memberikan pinjaman terhadap proyek adalah pertanyaan lain, tergantung pada banyak hal yang berada di luar kendali tim studi kelayakan.

broken image